Ferdinand De Saussure
Dan
Teori Semiotika
Ferdinand De Saussure |
Sehubungan dengan Bulan Bahasa yang diperingati setiap
bulan Oktober, kali ini tim mading akan membahas tentang salah satu tokoh yang
teorinya banyak dipakai dalam dunia komunikasi. Ia adalah Ferdinand de Saussure
atau yang dikenal sebagai “Founder of Structural Linguistic”.
Saussure lahir di Geneva pada
tanggal 26 November 1857. Walaupun lahir dan besar di Swiss, namun teorinya
besar di Perancis. Teori tentang ilmu kebahasaan yang dikemukakan Saussure adalah
Semiotika. Teori ini menitikberatkan pada fungsi tanda (sign) dan hubungannya
dengan ilmu linguistik. Pada awalnya, pondasi ilmu linguistik sebenarnya sudah
digagas oleh Neo Grammarians. Namun, Saussure memiliki pandangan lain terhadap
pendapat Neo Grammarians. Menurutnya, Neo Grammarians belum memperhatikan
hubungan sign dengan ilmu linguistik. Untuk itulah Saussure mengembangkan
teorinya tentang Semiotika, yang sampai sekarang masih kita terapkan.
Semiotika berasal dari bahasa Yunani
yaitu semeion. Seme berarti “penafsiran tanda” dan semion berarti “tanda”.
Jadi, semiotika sendiri berarti penafsiran kita terhadap suatu tanda yang ada.
Penafiran tersebut pun bersifat arbitrer yang artinya setiap individu memiliki
konsep yang berbeda-beda saat menafsirkannya. Contoh teori semiotika yang biasa
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saat kita melihat minuman
berwarna merah muda. Kebanyakan orang mungkin berpikir kalau minuman itu pasti
rasa stroberi. Atau saat kita mengartikan tulisan “HOT”. Ada yang
mengartikannya panas, ada juga yang pedas. Maka dari itu teori ini bersifat
arbitrer.
Salah satu cabang teori semiotika
adalah langue dan parole. Keduanya memiliki hubungan erat dengan bahasa kita
sehari-hari. Langue berarti penggunaan bahasa yang baku, atau sesuai dengan
aturan kebahasaan. Sedangkan parole merupakan penggunaan bahasa sehari-hari
yang tidak memperhatikan aturan baku. Bahasa daerah pun masuk dalam salah satu
contoh parole. Mengapa kedua hal ini disebut penting? Karena dalam berbahasa,
kita harus mengerti kapan menggunakan bahasa baku dan kapan menggunakan bahasa
daerah sehari-hari. Misal saat berbicara dengan dosen, kita menggunakan bahasa
yang lebih sopan. Dan lain lagi saat berbicara dengan teman sebaya, kita bisa
menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Erika
Danny Mulyadi
Ilmu Komunikasi, Binusian 2021
Mangion,
Claude. 2011. Philosophical Approaches to
Communication. United Kingdom: Intelect.