SEPEREMPAT SENJA
Kutemukan sehelai rambut keemasan beriringkan rintik
hujan, semakin lama semakin deras. Mengenang.
Jalan Kenang. Sepotong semangka mencipta senyum
sumbang. Hari girang, terkumandangnya sebuah nama. Mengawali segala cumbu.
Imaji mahamegah yang berakhir aduh.
Pilu senja membanjiri pelataran, berebut tempat dengan
sang bayang kemustahilan. Kalah.
Benak tertoreh. Mencipta sesak terhadap pencinta sajak
yang diasingkan di dunia luka. Asanya terhentak kala gaduh menjajah kuping
berhias anting.
Pagi biru membawa kabar haru bertemankan sangkar
rintih. Menerbangkan burung-burung angan yang telah terlukis sempurna.
Mengganti simfoni roman dengan himne kelu. Hancur.
Kehilangan. Hampa, tercipta duka. Merintih. Menahan
lara, nestapa. Berlarut dalam hitam belantara. "Duka abadi" pikirnya.
Perempatan senja. Rinai gelombang menggulung pilu
menjauh. Tersadar dari kalutnya, berhenti menyayat hati. Berkawan rembulan,
memulai sua. Mencoba kelana, hingga bertemu pena. Kembali bersajak.
Bersajak dalam hujan. Besetubuh dengan lembar.
Menyiratkan lara. Mengembalikan asa. Berdoa.
Bersemoga. Semoga Tuhan menyampaikan. Celoteh rindu
yang ditepiskan oleh dunia. Dendang yang merekah di bibirnya. "Tunggu aku
di seperempat senjamu".
Ifa A. Putri S. (Ilmu Komunikasi, Binusian 2022)